Wednesday, January 27, 2010

NGEBRIK VIA KONEKSI INTERNET


Ngebrik via internet memang hal baru bagi saya, karena saya sendiri belum mempunyai perangkat HT itu sendiri ,maklum saya seorang pelajar untuk membeli HT saja saya sampai saat ini masih mengumpulkan uang recehan demi sebuah HT.Walaupun begitu saya tetap mencari cara agar saya dapat menyalurkan hobi saya,setelah saya mencari di internet akhirnya saya menemukan software aplikasi untuk ngebrik namanya eQSO,eQSO sendiri adalah Voice Over Internet Protocol (VOIP)Pertama kali eQSO di uji coba pada 29 Oktober 2002 di Jakarta,Banyak Tutorial di Mbah Google kalau mau mempelajari lebih dalam.



Silahkan download di (yg di download yg ada logo RAPI)






cara setting :




  • server :1025rapi.no-ip.org

  • port koneksi : 10024

  • preset :(tidak perlu diisi)

  • call sign :(call sign anda/klau tdk ketik SWLXXXXX)

konek modem dan auto konek (di centang)Untuk setelan RF Gateway tanda "vox" jangan dicentangKalau sudah ok setingannya tinggal ngebrik deh...caranya klik tombol PTT (seperti pada umumnya orang ngebrik) Tapi ingat harus mengikuti prosedur yg ada okeh........b


SELAMAT MENCOBA!!!! :-)

NGEBRIK "CHATTING ALA 80 AN"



Ngebrik adalah suatu kenikmatan sendiri bagi penggemar,Break.....break..... Break... break...Apa bisa dicopy...Rojeeerrrr.... Itulah yang kalimat baku yang jadi isyarat ketok pintu yang harus diucapin oleh breaker yang baru mau ikutan gabung di ajang ngobrol lewat radio amatir, alias radio CB (citizen band) di jaman 80-an. Bukan monopoli 80-an juga sih, karena sampai sekarang pun radio amatir masih punya penggiat yang cukup aktif. Masih dipake ama para supir taksi kalo mau menghubungi pangkalan buat nyari pesanan penumpang. Cuman memang di jaman 80-an lah yang namanya 'ngebrik' sempet booming merajalela jadi trend anak muda. Pokoknya yang mau ngaku anak gaul mesti ngebrik.Di jaman itu kegiatan yang satu ini termasuk mainan anak-anak muda kelas menengah ke atas. Emang mainan kok, soalnya kebanyakan cuma buat seneng-seneng cari ketawa atau cari kecengan. Ada sih yang serius, yang sampe bela-belain ikut ujian biar bisa dapet call sign resmi, tapi ya mereka itu orang-orang yang emang serius, bukan golongan anak muda yang suka maen-maen doang.






Perlu Modal Kalo Mau Ikutan Ngebrik






Mainan kelas menengah ke atas? Yup, karena untuk jadi breaker harus punya cukup modal. Paling enggak harus ada doku dua ratus ribu perak (uang jaman itu ya... jaman dolar masih 2000 an.. ato malah masih 800 an ya? pertama kali devaluasi tahun berapa sih?) kalo mau dapet HT merek Icom IC-2N. Ini yang model Handy Talkie, relatif kecil seukuran separo batu bata gitu deh, jadi kalo perlu buat sambit-sambitan masih berasa lah :D. Tambah aneka accessories macam power supply merek Matahari, kabel Belden RG-58A, total jatuhnya sekitar 250-an.Versi yang lebih mantap tentunya perlu doku yang lebih mantap pula. Bisa sampe Rp. 300.000-an untuk Icom IC-25A. Belum lagi segala macem tetek bengek perlengkapan lainnya, macam antenna Ring-O Ranger atau Telex Hi Gain, power supply merek VDO, kabel merek Belden RG-8 A/U. Jadilah untuk sebuah stasiun yang agak lumayan, bakalan abis tuh duit gopek. Jumlah yang cukup lumayan buat jaman itu. Kira-kira separoh harga Yamaha RX Special lah! Niat banget kan...Buat yang cukup kreatif dan suka utak-atik elektronika, peralatan buat ngebrik sebenernya bisa dirakit sendiri. Ada yang menyediakan kit-kit siap rangkai untuk dibangun sendiri. Umumnya yang bikin perangkat rakitan adalah mereka yang suka main di jalur 80 meter band dan 11 meter band. Untuk bikin perangkat rakitan 11 meter band cuma butuh biaya Rp. 45.000! dan dengan ditambah sedikit perjuangan buat ngrakit kita akan sudah mampu berkibar mengudara di 6 channel. Tapi kalo pengen perangkat 2 meter band yang paling ngetop dan ngetren saat itu, nggak ada jalan lain kecuali membeli yang udah jadi. Tidak ada toko spare part elektronika yang menyediakan kits-nya.Istilah 2 meter, 11 meter, dan 80 meter itu bukannya panjang antenna yang harus dipakai ya. Antenna sepanjang 80 meter? bakal kayak apa tuh? :P Angka2 itu adalah istilah teknis untuk panjang gelombang radio yang ditumpangi sebagai pembawa pesan bolak balik. Makin pendek gelombangnya makin jauh jangkauannnya, tapi makin rumit dan mahal peralatannya.Buat yang modalnya seret tapi ngebet pengen ikutan ngebrik biar gaul, ada sih cara laen yang pastinya murah... Nebeng!! :D Cari deh temen yang punya perlengkapan radio amatir, dengan modal sok akrab dan jurus menjilat bisalah kalian ikut nebeng ngebrik di stasiun dia :D tapi ya harus gantian dan tahu diri ya... ;)








Ajang Chatting 80-an






Dan setelah semua perlengkapan elektronik itu tersedia, siaplah kita untuk bisa ber-QSO!!QSO? apaan tuh?... Arti gampangnya QSO adalah ngobrol di udara, entah gimana ceritanya bisa jadi singkatan seperti itu.... hanya Tuhan dan tukang bajay yang tahu :D Kode di kalangan radio amatir emang suka diawali ama huruf Q, yang dikenal sebagai Q-codes. Selain Q-codes masih seabreg lagi daftar istilah yang lazim dipakai untuk menyederhanakan komunikasi di radio amatir. Menyederhanakan ato malah bikin ribet ya? ... Pokoknya kalo mau dianggap sebagai breaker yang canggih dan mumpuni, harus apal tuh semua kode dan istilahnya...Nguplek di hobby radio amatir emang asik sih. Mungkin selevel ama asiknya chating saat ini. Bisa bikin kecanduan! Meskipun cuma jadi operator gelap alias nggak punya callsign, saya tetap betah berjam-jam ber-QSO. Bahkan sering lupa waktu dan meninggalkan jam pelajaran sekolah lantaran bertemu 'pojokan' yang membuat imajinasi melayang ke langit ketujuh. Huuuuhuuuuuyyy....Saat itu rata-rata breaker emang di usia belasan yah, kira-kira SMP atau SMA. Ada juga anak kuliahan atau sudah bekerja. Tetapi yang paling banyak anak usia SMA. Kalau ada orang yang sudah tua, bakal sulit dapet teman QSO, karena umumnya yang merasa anak muda nggak tertarik ngobrol lama-lama ama orang yang udah berkeluarga atau udah berumur. Nggak asik :p






Bercinta di Udara






Buat breaker serius yang punya call sign, tentunya kode call-sign adalah kebanggaan tersendiri buat dia. Call sign dengan awalan YC, YD, YB buat anggota Orari diperoleh melalui ujian teknis radio dan seleksi yang cukup ketat. Pantaslah jika mereka begitu bangganya sampe call sign itu dipajang dimana-mana, di pintu rumah, di kaca mobil, kartu nama... pokoknya biar orang sedunia tahu deh.Tapi buat para breaker dengan stasiun gelap tanpa call sign, cukuplah sebuah nama samaran ato lebih kerennya 'nama di udara' seperti nickname di era skarang, sebagai identitas selama berkelana di dunia maya ala radio amatir. Bisa gonta-ganti semaunya tentu saja, tapi kalau mau diingat lebih lama oleh teman ngebrik perlu ada identitas tetap.Saya menggunakan nama Roy, nama yang cukup keren saat itu. Masuk ke pangkalan - istilah frekwensi yang digunakan bersama, semacam chat room - sambil mengintip kalau-kalau ada "Way El" (YL alias Young Lady) atau cewe yang masuk bisa diajak ngobrol. Dengan modal suara yang dikece-kecein ala penyiar radio beneran :P ditambah gombal-gombal dan ngebohong dikit atau banyak, dipikatlah sang korban masuk jebakan. Kalo berhasil terpikat, lalu diajak pindah ke frekuensi yang lebih sepi biar bisa ngobrol lebih panjang berdua doang. Kalo cocok bisalah berlanjut ke hubungan yang lebih serius sebagai pacar di udara. Dan terjadilah hubungan asmara yang modalnya SKSD (sok kenal sok dekat) doang. Ada cemburu, ada marah, ada sayang, pokoknya persis seperti di alam nyata. Padahal cuma kencan di udara yang sebenarnya hanya kenal sebatas suara. Hubungan cinta di udara ini biasanya malah bubar setelah kenal satu sama lain di alam nyata lewat kopi-darat. Ketauan semua busuknya soalnya :D Tetapi dalam satu dua kasus ada juga pasangan yang akhirnya sampai ke jenjang pernikahan lantaran kenal di dunia brik-brikan.Saking menjamurnya kesenangan menjalin asmara lewat sarana ngebrik ini, penyanyi kreatif bertubuh tambun Farid Hardja (alm) mengabadikannya dalam sebuah lagu yang sempat jadi hits di 80-an.

Saturday, January 16, 2010

KWH Meter Prabayar


KWH Meter Prabayar merupakan KWH meter digital yang menggunakan sistem prabayar. KWH Meter Prabayar ini terdiri dari sebuah KWH meter digital dan peralatan Handy Cash.

Peralatan Handy Cash digunakan oleh operator untuk memonitor dan mencatat jumlah listrik yang digunakan oleh pelanggan. Jumlah pelanggan dan jumlah listrik yang terjual dicatat dalam periode waktu tertentu. Setiap peralatan Handy Cash dapat menangani sampai 480 pelanggan.


Keuntungan menggunakan KWH Meter Prabayar dibanding dengan KWH Meter Konvensional :

Mudah pengoperasian. Dengan sistem prabayar, penyedia listrik menerima pembayaran di muka, begitu peralatan dipasang dan diload. Konsumsi listrik dapat diukur dengan lebih presisi. Batas listrik lebih nyata dan tidak terpengaruh oleh tipe beban, karena KWH Meter Prabayar mengukur Daya (Watt), bukan Arus (Ampere). Jika pelanggan menginginkan perubahan daya, hanya diperlukan perubahan pada perangkat lunaknya, tanpa perlu merubah komponen. Pencatatan konsumsi daya dilakukan secara otomatis dengan menggunakan Handy Cash, sehingga dapat mengurangi human error dalam pencatatan.
Pencatatan yang otomatis mengurangi kemungkinan manipulasi data transaksi.

Target pasar :

Kios, Toko
Papan Reklame
Apartemen
Perumahan
dll.


SPESIFIKASI TEKNIS
KWH charging limit : 1 WH until 9.999.999 WH (9.999 KWH)
Multi Class power : 60W, 100W, 200W, 450W, 900W, 1300W, 2300W
Power Class Converter : Programmable (by software)
Unit Memori : EEPROM
Kapasitas Memori : 2 kBit
Memori Deposit : 7 digit (in KWH)
Working Voltage : 170-250 VAC 150 Hz/60 Hz
Konsumsi Daya : 1.7 Watt (on 220 VAC)
Komunikasi dengan Handy Cash : Serial com
Display : Seven-Segment
Temperatur : IOC - 55o C
Tombol : Push Button (reset can KWH)
SISTEM PROTEKSI

Short Circuit : MCB
Shock Voltage : MOV
Polarity Error : Automatic
Manipulasi Data : Security Data Access (Software)
Dimensi (LxWxH) : (27 x 16 x 6) cm


Laptop Samsung Dengan layar transparan


.Dalam ajang Consumer Electronics Show (CES) 2010 yang diadakan di Nevada, Amerika (7 s/d 10 Januari 2010), Samsung Mobile memajang prototype sebuah notebook dengan layar OLED sebesar 14inci yang tembus pandang alias transparan. Sehingga seolah2 seperti kaca dan dapat dilihat dari sisi sebaliknyaa ,Layar transparan sebelumnya pernah diperkenalkan oleh SonyEricsson dalam Xperia Purenes. Tapi hanya sebesar 1,8 inci. Sedangka di notebook Samsung ini sebesar 14 inchi dengan transparasi 40 persen saat dimatikanTampaknya menarik juga kalau dipakai. Kayak akuarium Namun notebook ini masih prototype sehingga belum dijual. Jadi silakan tunggu sampai dirilis ke pasaran.
Semoga Bermanfaat .

sumber:engadget.com dan http://darmawanku.com/2010/01/07/notebook-samsung-dengan-layar-transparan/

Wednesday, January 6, 2010

Teknologi TV Digital


Teknologi tv digital yaitu teknologi yg menggunakan signal digital dan akan menghasilkan gambar yg akan lebih baik dan tajam.Gambar televisi yg kaya jangkrik itu akan menjadi kenangan bagi kita.Hal ini memang sudah menjadi prediksi atau angan2 jauh2 hari saat pertama kali teknologi audio video mulai beralih menggunakan system digital. Dalam aplikasinya TV digital sebenarnya telah ada beberapa tahun yang lalu, ini ditandai dengan berubahnya modulasi analog ke digital pada sistem TV sattelite yang lebih familiar dengan siaran TV parabola. Televisi digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi.
Memang pada modulasi digital memiliki bnyak keunggulan dibanding modulasi analog, sinyal digital akan menghasilkan gambar yang lebih halus dan tajam, efek noise lebih rendah, memungkinkan terjadinya proses (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code), dan efek dopler akibat pergerakan di TV yang bergerak seperti TV di mobil, bus, kereta atau telepon selular menjadi lebih rendah, sifat sinyal digital yang less bandwith atau irit pemakaian bandwith. Lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda. Dari keunggulan ini tidak berarti teknilogi ini tidak memiliki kelemahan, kulitas sinyal yang minim pada batas tertentu proses (recovery) tidak dapat dilakukan sehingga kita memperoleh efek tampilan seperti VCD atau DVD yang rusak (tersendat-sendat).
Di Jerman, proyek penggunaan sinyal digital telah dimulai sejak 2003 di Berlin dan 2005 di Muenchen. Sekarang hampir di seluruh kota besar di Jerman menyiarkan siaran TV digital. Di Amerika Serikat, siaran TV digital sampai perlu mandat dari kongres unutk memulai proyek ini pada tahun 2009. Jepang akan memulai siaran TV digital massal pada 2011. Di beberapa negara lain seperti Perancis dan Inggris bahkan sudah memulai menghentikan total siaran TV analog. Bagaimana dengan di Indonesia? Pada 13 Agustus lalu TVRI melakukan soft launching siaran TV digital pertama kali di Indonesia, sepertinya era TV analog akan benar-benar ditinggalkan. TV digital menggunakan tiga sistem standar, yaitu DTV (Digital Television) standarnya Amerika, DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial), standarnya Eropa dan ISDB-T (Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial) standarnya Jepang. Indonesia tampaknya akan menggunakan DVB-T.
Bagaimana televisi dapat menerima siaran digital? Ada dua alternatif yang dapat kita tempuh. Pertama, diperlukan pesawat TV digital yang baru. Jelas solusi pertama ini menguntungkan produsen karena jelas permintaan produk TV digital jadi booming. Kedua, dengan mensiasati TV lama dengan menambahkan alat converter atau adapter. Hal ini seperti terjadi pada saat siaran UHF pertama kali muncul, tetapi televisi model lama ada yang belum memiliki fasilitas chanel tersebut. Sedang yang dibutuhkan untuk dapat menerima siran digital ini adalah seperangkat Converter box Receives Digital TV broadcasts dan converts to Analog.


Sumber:http://dasar2elektronika.blogspot.com/2009/09/teknologi-tv-digital.html